Tentang Penulis: #25 Saya Diculik Dengan Empat Mobil Di Depan Rumah Ketika Pulang Dari Sekolah
Setelah tinggal di Indonesia sekitar 4 tahun, saya telah beradaptasi penuh dengan budaya Indonesia dan mempunyai banyak sahabat. Kami juga tidak mempunyai pikiran untuk kembali ke Hong Kong pada waktu itu. Ibu saya adalah seorang warga negara Indonesia, tetapi pada jaman itu orang asing yang ingin menetap di Indonesia bukan hal yang mudah, meskipun istri atau salah satu orang tuanya adalah warga negara Indonesia.
Keluarga menghadapi banyak masalah dan beban sewaktu saya SMP kelas 3
Ayah seorang yang pintar, tetapi orangnya terlalu jujur maka tidak cocok untuk menjalankan sebuah bisnis di Indonesia pada jaman itu. Selain itu, uang orang tua juga terpakai untuk investasi bisnis bersama suami saudara yang sering saya sebut di artikel-artikel sebelumnya. Perhiasan dan barang berharga yang berada di rumah juga pernah dirampok habis. Sehingga pada tahun ke 4 kami di Indonesia bisa dikatakan uang simpanan orang tua sudah tidak seberapa.
Perencanaan saya ikut sepupu laki-laki untuk melanjutkan sekolah di Amerika Serikat juga tidak tercapai. Namun kami sekeluarga bersyukur mendapat banyak teman-teman yang selalu mendukung kami dan di situlah kekuatan bagi kami untuk tetap ingin berada di Indonesia meskipun harus hidup sederhana.
Masalah dalam keluarga saudara menjadi awal penyebab kami harus meninggalkan Indonesia
Pada waktu saya kelas 3 SMP, saudara mama bertengkar besar dengan suaminya, kemudian saudara mama membawa anak yang paling kecil kabur dari rumahnya. Karena suaminya bukan orang biasa, maka dia dengan berbagai cara mencari anaknya dan melakukan balas dendam kepada saudara-saudara istrinya termasuk kami.
Orang yang mempunyai kekuasaan memerintah kepala sekolah mengeluarkan saya dari sekolah
Karena suami saudara mama saya mengenal banyak orang-orang yang berkuasa, tentunya dia menggunakan kekuatan tersebut untuk membalas dendam kepada kami. Suatu hari ibu dipanggil oleh kepala sekolah saya, dan kepala sekolah saya bercerita bahwa seorang yang mempunyai kekuasaan memerintahkan dia untuk mengeluarkan saya dari sekolah. Namun permintaan tersebut ditolak oleh kepala sekolah dan para guru dengan mempertaruhkan posisi mereka. Tanpa alasan yang tepat, mereka tidak akan mengeluarkan saya dan akan tetap mempertahankan saya untuk terus sekolah di sekolah ini. Ibu saya dan saya sangat terharu atas kebaikan mereka terhadap saya.
Empat mobil menjemput kami membawa kami ke sebuah tempat tahanan
Sewaktu kami sedikit lega karena saya masih bisa tetap meneruskan sekolah, ternyata ini hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk. Suatu hari ketika saya pulang dari sekolah, saya melihat 4 mobil parkir di depan rumah. Ketika mereka melihat saya masuk ke dalam rumah, kemudian keluarlah beberapa orang yang mempunyai kekuasaan dan membawa saya, ayah saya dan adik saya pergi tanpa memberikan alasan apapun. Ibu saya kebingungan pada waktu itu karena mereka tidak mau memberitahukan ibu akan membawa kami ke mana. Mereka di mobil semua hanya berdiam, kemudian kami tiba di sebuah lokasi dan di dalamnya ramai. Kemudian kami bertiga dimasukkan ke sebuah ruang sel yang hanya terdapat sebuah kasur kotor yang warnanya sudah hitam dan sebuah WC terbuka.
Ibu saya mengetahui lokasi di mana kami ditahan karena RP. 10,000 yang ada di kantong saya
Pada waktu itu ayah saya kebingungan, karena seumur hidup dia hidup selalu teratur dan lurus. Maka pada waktu menghadapi peristiwa ini dia sangat kebingungan dan mulai menangis. Apalagi usia saya pada waktu itu hanyalah 15 tahun dan adik saya hanya 6 tahun. Orang-orang yang membawa kami ke tempat ini juga mulai interogasi ayah saya dengan tidak ramah dan banyak perkataan-perkataan kasar. Setelah itu kami dimasukkan kembali ke ruang sel.
Setelah orang-orang itu pergi, entah kekuatan dari mana, saya tidak terlalu gelisah dan mengingat bahwa terdapat uang Rp.10,000 di kantong celana saya yang merupakan uang jajan yang biasanya saya bawa ke sekolah. Pada waktu itu ayah saya tidak membawa apa-apa karena sewaktu membawa kami pergi secara paksa, ayah saya hanya mengenakan sandal.
Ada 2 orang yang juga ditahan di tahanan tersebut, mereka adalah orang dari Beijing, mereka merasa kasihan melihat saya dan adik saya yang masih kecil ada di dalam ruang sel. Kemudian mereka memanggil salah satu orang yang menjaga tempat tahanan itu agar mengizinkan kami menelepon ibu saya. Saya mengeluarkan uang Rp. 10,000 untuk orang ini dan ia mengenakan helm dan membawa saya untuk menelepon ibu saya.
Tahanan ini terdapat banyak ruangan, ada yang ditahan di ruang sel, ada yang ditahan dalam kamar biasa dan bebas untuk berjalan-jalan dalam area tahanan tersebut dan 2 orang Beijing ini tinggal di kamar yang persis di depan ruang sel kami.
Malam hari mendengar teriakan wanita
Setelah memberitahukan lokasi kami kepada ibu saya, saya dibawa kembali ke ruang sel oleh orang yang berhelm itu. Karena capek dan mengantuk, saya sudah tidak peduli dengan kasur yang kotor itu dan meletakkan kepala saya di situ dan beristirahat. Sambil menunggu ibu saya datang untuk menolong kami, saya mendengar jeritan wanita yang cukup keras dengan jangka waktu yang lama. Pada waktu itu saya kira-kira mengetahui apa yang terjadi. Saat itu saya baru menyadari hal tersebut terjadi bukan hanya di dalam adegan film saja, melainkan terjadi juga di dunia nyata dan lebih mengerikan daripada yang saya bayangkan.
Tengah malam Ibu saya dan saudaranya datang menolong kami
Walaupun capek sekali, saya sulit untuk tidur. Kira-kira pada tengah malam saya mendengar banyak suara mobil kemudian melihat ibu saya dan saudaranya membawa teman-temannya dan salah satunya adalah seorang yang mempunyai jabatan tinggi di Kepolisian pada waktu itu. Bapak tersebut marah besar karena melihat saya dan adik saya berada di dalam ruang sel. Pada akhirnya mereka memperbolehkan ibu saya membawa saya dan adik saya pergi, namun ayah saya harus tetap berada di situ, karena orang yang memerintah membawa kami ke tempat ini adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan tinggi. Ayah saya tidak lagi ditahan di ruang sel, tetapi dipindahkan satu kamar dengan 2 orang Beijing yang pernah menolong kami. Ayah saya mendapatkan perlakukan yang lebih baik dari penjaga-penjaga tahanan.
Harus kembali ke Hong Kong
Setelah perjuangan ibu saya dan saudaranya selama seminggu setelah kejadian penculikan ini, kami harus kembali ke Hong Kong secara terburu-buru dan tidak membawa apa-apa. Saya juga tidak dapat menyelesaikan sekolah saya di SMP di Indonesia dan kemudian harus pulang ke Hong Kong. Di artikel-artikel selanjutnya akan saya ceritakan bagaimana proses kami kembali ke Hong Kong dan perjuangan saya setelah kembali ke Hong Kong dengan tidak membawa apa-apa.