Tentang Penulis: #15 Cara Berkomunikasi Dan Bergaul Dengan Para Karyawan Tante Di Rumah
Pada awal 6 bulan di Indonesia saya belum masuk sekolah dan masih belajar Bahasa Indonesia di rumah. Selain tante nomor 2, suami dan anak-anaknya, orang Indonesia yang pertama yang bergaul dengan saya setiap hari adalah para karyawan tante yang bekerja di rumah seperti pekerja rumah tangga, supir, tukang kebun dan tukang kolam renang.
Mereka mempunyai karakter yang berbeda-beda tentunya. Ada yang baik sekali dan ada juga yang jahat terhadap saya, tetapi yang pasti mereka secara tidak langsung membantu proses adaptasi saya terhadap lingkungan hidup dan budaya di Indonesia.
Dalam artikel kali ini saya akan menceritakan sekilas mereka satu per satu dengan nama samaran serta bagaimana saya bergaul dengan mereka dalam bahasa Indonesia saya yang sangat terbatas pada waktu itu.
Mbak Tantri (Pekerja rumah tangga)
Tugas utama Mbak Tantri adalah sebagai juru masak, tetapi juga membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari dengan pembantu lainnya. Mbak Tantri orangnya pendiam dan cukup sabar. Pada waktu senggang dia suka mendengarkan radio di kamarnya.
Saya suka sekali dengan masakan Mbak Tantri pada waktu itu dan sampai saat ini saya merasa masakan dia adalah salah satu makanan Indonesia terenak.
Mbak Malya (Pekerja rumah tangga)
Mbak Malya adalah istri dari Mas Aditya (supir pribadi suami tante). Meskipun mereka telah menikah, usia Mbak Malya masih sangat muda, seingat saya sekitar 18 tahun. Barangkali faktor usia dan sering dimanja oleh ayahnya yaitu Pak Satya (tukang kebun rumah tante), maka sikapnya masih belum dewasa. Sering kali dia bertengkar di dalam rumah tante dengan Mas Aditya. Kejadian paling parah adalah dia melempar beberapa piring ke Mas Aditya sewaktu mereka bertengkar di dapur.
Saya tidak banyak bergaul dengan Mbak Malya karena dia hanya bekerja sebentar kemudian tidak diperbolehkan lagi oleh Mas Aditya untuk bekerja di rumah tante.
Mbak Inka (Pekerja rumah tangga)
Tugas utama Mbak Inka adalah mencuci, menjemur dan menyetrika pakaian serta pekerjaan-pekerjaan rumah tangga lainnya. Mula-mula tinggal di rumah tante, Mbak Inka sering kali mengata-ngatai saya dalam Bahasa Indonesia seperti "kaki putih seperti mayat" dan lainnya. Meskipun pada waktu itu saya tidak mengerti tetapi dari nada dan raut mukanya kurang lebih saya tahu dia sedang mengejek saya. Setelah sedikit demi sedikit saya mengerti Bahasa Indonesia, Mbak Inka mulai tidak berani mengata-ngatai saya lagi.
Mas Aditya (Supir pribadi, pemelihara lingkungan rumah dan merawat binatang peliharaan)
Mas Aditya adalah suami Mbak Malya. Dia adalah supir pribadi suami tante saya, orangnya setia dan rajin. Pada waktu saya kembali ke Hong Kong, Mas Aditya masih bekerja dengan suami tante saya. Saya dan sepupu laki-laki sering kali meminta Mas Aditya mengantar kami ke pusat perbelanjaan dan menemani kami melakukan hal-hal usil. Saya akan menceritakan hal-hal usil yang pernah kami lakukan di artikel-artikel berikutnya.
Selain itu Mas Aditya juga berbakat merawat segala macam binatang. Suami tante adalah seorang pecinta binatang liar, maka di rumah tante selain terdapat banyak binatang peliharaan, juga terdapat banyak binatang liar yang seharusnya tidak dipelihara di tempat pribadi. Dalam ingatan saya mereka memelihara 3 anjing, sejumlah kelinci, beberapa ekor ikan Koi, seekor burung Rajawali, seekor burung Rangkong, seekor Tarsius dan seekor Owa Siamang. Mas Aditya pada waktu itu juga bertugas mengurus semua binatang ini.
Pak Ubay (Supir pribadi khusus mengantar kami sekolah)
Pak Ubay adalah supir khusus mengantar dan menjemput sepupu-sepupu saya sekolah. Sewaktu saya belum sekolah saya juga sering ikut mengantar mereka ke sekolah, maka saya juga banyak belajar bahasa Indonesia dari Pak Ubay.
Mantan majikan Pak Ubay adalah orang Taiwan yang tinggal di Indonesia, maka Pak Ubay juga sedikit mengerti bahasa Mandarin, namun sebagian besar kata-kata yang diajarkan kepada dia adalah kata-kata kasar.
Pak Ubay juga pribadinya sangat lucu, setiap perjalanan antar jemput sekolah dia selalu membuat kami tertawa terbahak-bahak. Kejadian paling berkesan adalah sewaktu hujan deras penyeka kaca mobil rusak. Pada waktu itu Pak Ubay, saya dan sepupu laki-laki saya sama sekali tidak bisa melihat jalan di depan, namun Pak Ubay berhasil mengantar kami pulang ke rumah dengan selamat.
Pak Satya (Tukang kebun dan tenaga khusus kolam renang)
Pak Satya adalah ayah mertua dari Mas Aditya, tugas utama Pak Satya adalah merawat kebun dan membersihkan kolam renang di rumah tante. Pak Satya tidak perlu datang bekerja setiap hari, tetapi jarak rumah Pak Satya dan rumah tante sangat dekat dan dapat ditempuh dengan jalan kaki, maka bila diperlukan Mas Aditya akan pergi rumah Pak Satya untuk memanggil beliau datang ke rumah tante.
Pak Satya orangnya sangat baik dan sabar, tetapi sewaktu saya masih berada di Indonesia beliau meninggal dunia.
Mbak Widati (Pengasuh anak perempuan tante yang ketiga)
Tidak lama setelah saya tinggal di Indonesia, tante hamil dan melahirkan anak ketiganya pada tahun 1990. Kemudian mereka mempekerjakan Mbak Widati sebagai pengasuh sepupu perempuan yang baru lahir ini.
Mbak Widati orangnya baik dan sangat sabar, tetapi tidak lama kemudian karena sebuah alasan ia harus berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya. Mbak Widati sering mengajak saya berbincang dan dia juga adalah karyawan tante yang paling dihormati oleh sepupu-sepupu saya.
Pak Dimas (Satpam rumah tante)
Pak Dimas bagi saya adalah orang yang sangat menyeramkan. Pak Dimas adalah mantan tentara dan dia sering menceritakan kepada saya dan sepupu laki-laki saya bagaimana dia membunuh musuh ketika masih bertugas sebagai seorang tentara. Suami tante saya bukan orang biasa dan mempunyai banyak musuh, maka tidak lama saya tinggal di Indonesia dia mempekerjakan Pak Dimas sebagai satpam untuk keamanan rumahnya.